Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Rumah Cermin


Di persimpangan jalan, belok kiri
Kau akan menemukan rumah cermin
Yang memerangkap orang-orang
Dengan sejuta bayangan

Puluhan mayat bersandar pada
Percikan darah di cermin. Amis
darah melekat pada ribuan pecahan kaca
Membusuk dalam ruangan yang pengap
Di tiap cermin, bayangan selalu mengejek sinis,
“Mayat-mayat itu dulunya orang yang putus asa
melihat bayangannya sendiri”

Buruk muka cermin dibelah

Mereka mati
Sebelum menikmati cahaya matahari
Hanya kata dan nama
Yang memantul keluar
Meneriakkan jeritan
Yang tertahan di pangkal leher
Hilang dihembus angin

Sementara tetangga
Sibuk memainkan nada

26 Oktober 2007
 Apa yang ada di pikiran kalian waktu membaca puisi ini? Sadis? Gelap?

Mungkin kalian akan tertegun begitu tahu dari mana inspirasi puisi ini berasal.

Aku menulis puisi ini di kelas, yang waktu itu ramai. Kalau tidak salah sih, karena jam kosong dan tak ada guru. Aku, yang tidak terbiasa dengan keramaian, merasa kesal. Lalu terpikirlah untuk menulis puisi seperti ini.

Aneh mungkin ya, masa hanya karena kelas ramai terus nulis puisi segelap ini.

Tapi biar bagaimanapun juga, inilah karyaku. Aku jadi ingin tahu bagaimana pendapat pembaca tentang puisi ini :D

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

sebuah karya tanpa pembaca adalah tak lengkap. silakan beri komentar, kritik, dan saran untuk karya ini ♥